Rusia Luncurkan Serangan Udara Besar-Besaran ke Ukraina, Gagalnya Pembicaraan Damai?

Rusia Luncurkan Serangan Udara Besar-Besaran ke Ukraina, Gagalnya Pembicaraan Damai?

Disrupsi.id, Medan - Rusia kembali meningkatkan eskalasi konflik dengan Ukraina lewat serangan udara besar pada malam 20–21 Agustus 2025. Serangan itu disebut sebagai salah satu yang terbesar sejak perang dimulai, dengan melibatkan 574 drone serang, termasuk tipe Shahed, serta 40 rudal berbagai jenis seperti Kalibr dan Iskander. Serangan diluncurkan dari wilayah Rusia, Krimea yang diduduki, hingga kapal perang di Laut Hitam.

Serangan ini menargetkan berbagai fasilitas sipil dan infrastruktur energi di seluruh Ukraina, termasuk wilayah barat seperti Zakarpattia (khususnya pabrik milik perusahaan AS, Flex Ltd., di kota Mukachevo/Munkács, yang memproduksi peralatan elektronik sipil seperti mesin kopi), Lviv, Rivne, serta wilayah tengah seperti Kyiv dan Poltava. Pabrik di Zakarpattia, yang berada dekat perbatasan dengan Hongaria, Slovakia, dan Polandia, menjadi salah satu target utama, dengan sekitar 600 pekerja di dalamnya saat serangan terjadi, meskipun banyak yang berhasil berlindung setelah sirene peringatan udara berbunyi.

Menurut laporan, serangan ini menyebabkan setidaknya 1-2 korban jiwa di kalangan sipil (termasuk satu pekerja pabrik yang tewas di Zakarpattia), dengan 15-26 orang luka-luka, di antaranya 15 pekerja pabrik yang terluka parah dan satu dalam kondisi kritis. Tidak ada laporan spesifik mengenai korban jiwa atau luka-luka di pihak militer Ukraina, meskipun pasukan pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh sebagian besar drone dan rudal, dengan fokus pada pencegahan kerusakan lebih lanjut terhadap target militer potensial. 

Serangan ini digambarkan sebagai upaya eskalasi di tengah pembicaraan damai awal antara Rusia dan Ukraina, dengan beberapa analis menilai bahwa pemilihan target seperti pabrik AS bertujuan untuk mengirim sinyal ke Barat sambil menghindari korban massal berkat evakuasi dini. 

Selain itu, intensitas serangan yang merupakan terbesar ketiga tahun ini seakan menunjukkan ketidakseriusan Moskow dalam negosiasi  menurut pejabat Ukraina dan sekutu Barat.

Serangan ini terjadi hanya enam hari setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Anchorage, Alaska, pada 15 Agustus 2025, yang gagal menghasilkan kesepakatan damai atau gencatan senjata meskipun Trump sebelumnya menjanjikan kemajuan signifikan. Trump, yang telah mengklaim bisa mengakhiri perang dalam waktu singkat, memberikan waktu dua minggu (hingga sekitar akhir Agustus) bagi Rusia dan Ukraina untuk mencapai kemajuan damai, dengan ancaman sanksi besar jika gagal, namun serangan Rusia justru meningkat, termasuk menargetkan aset AS di Ukraina-sebuah langkah yang dilihat sebagai provokasi langsung terhadap upaya mediasi AS. 

Banyak analis dan postingan di media sosial menilai ini sebagai indikasi kegagalan awal upaya Trump, karena Rusia tidak menunjukkan niat mundur meskipun ada tekanan diplomatik, malah melanjutkan serangan untuk memperkuat posisi tawarnya. (Pujo)

Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال