Korea Utara Tolak Tawaran Damai Korea Selatan, Sebut Ada “Niat Jahat” di Baliknya

Korea Utara Tolak Tawaran Damai Korea Selatan, Sebut Ada “Niat Jahat” di Baliknya
Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong


Disrupsi.id, Medan - Korea Utara melalui pernyataan Kim Yo Jong, adik pemimpin Kim Jong Un, Pada 20 Agustus 2025 secara tegas menolak inisiatif damai yang diajukan oleh Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung. 

Jong menyebut inisiatif ini sebagai "omong kosong" serta menuduh ada niat jahat yang disembunyikan di balik tawaran rekonsiliasi. 

Penolakan ini datang di tengah latihan militer bersama antara Korea Selatan dan Amerika Serikat yang sedang berlangsung, yang dikecam Pyongyang sebagai provokasi yang membuat Seoul tidak layak menjadi mitra diplomatik. 

Kim Yo Jong juga menegaskan bahwa Korea Utara tidak akan pernah mempertimbangkan rekonsiliasi selama latihan militer semacam itu terus dilakukan, dan menyebut upaya damai Seoul sebagai "kesalahan perhitungan besar" serta "pipa mimpi" yang tidak realistis.

Eskalasi ini semakin memanas pada 23 Agustus 2025, ketika Korea Utara menuduh pasukan Korea Selatan menembakkan lebih dari 10 tembakan peringatan dari senapan mesin ke arah pasukan Pyongyang yang mendekati garis demarkasi militer (DMZ) di perbatasan, menyebutnya sebagai "provokasi yang disengaja" yang memperburuk ketegangan. 

Sementara itu militer Korea Selatan membenarkan tembakan peringatan tersebut dan menyebutnya sebagai respons standar terhadap pelanggaran perbatasan oleh tentara Korea Utara, meskipun tidak ada korban jiwa dilaporkan dari kedua pihak. 

Insiden ini terjadi saat Presiden Lee Jae-myung sedang berkunjung ke AS dan Jepang untuk membahas keamanan regional, yang semakin memperumit prospek dialog antar-Korea.

Sedangkan menurut analis, penolakan ini mencerminkan sikap Korea Utara yang semakin keras sejak putusnya komunikasi pada 2023, dengan fokus pada penguatan program nuklir dan militer daripada dialog, meskipun Seoul tetap menyatakan komitmen untuk membangun kepercayaan dan perdamaian. 

Beberapa komentar di media sosial juga menyoroti bahwa ini merupakan respons terhadap kebijakan baru pemerintahan Lee, yang dianggap tidak berbeda dari pendahulunya oleh Pyongyang. (Pujo)

Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال