Awal Operasi Militer Israel "Gideon 2", 81 Warga Palestina Dilaporkan Tewas

Awal Operasi Militer Israel "Gideon 2", 81 Warga Palestina Dilaporkan Tewas
Pasukan pendudukan Israel di pinggiran Jalur Gaza


Disrupsi.id, Medan - Operasi militer terbaru Israel di Gaza yang diberi nama “Gideon 2” memicu gelombang kecaman internasional setelah pada hari pertama, 20–21 Agustus 2025, tercatat sedikitnya 81 warga Palestina tewas. Laporan awal menyebutkan sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, meski data pasti mengenai jumlah korban sipil maupun militer masih menunggu verifikasi independen.

Israel mengklaim operasi ini bertujuan menghancurkan infrastruktur Hamas, mulai dari jaringan terowongan bawah tanah hingga pusat logistik yang diyakini digunakan untuk memperkuat kemampuan tempur di Gaza City. Dua brigade ditempatkan di kawasan Zeitoun dan satu brigade di Jabalia, sementara sekitar 60.000 tentara cadangan dipersiapkan untuk dikerahkan pada September 2025.

Hamas menanggapi dengan keras. Dalam pernyataan resminya, kelompok itu menyebut operasi ini bukan sekadar serangan militer, melainkan kelanjutan dari “perang genosida” terhadap rakyat Palestina. Mereka menuduh Israel sengaja menjadikan warga sipil dan infrastruktur publik sebagai sasaran dengan dalih memerangi militan. Rumah, sekolah, hingga fasilitas kesehatan disebut hancur akibat serangan, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah berlangsung sejak lama di Jalur Gaza.

Hamas juga menegaskan, operasi berskala besar semacam ini tidak akan melemahkan perlawanan, melainkan semakin memperkuat tekad rakyat Palestina. Melalui juru bicaranya, hamas menyatakan bahwa operasi ini akan gagal, seperti operasi-operasi sebelumnya.

Selain itu, mereka menyoroti sikap Israel yang menolak usulan gencatan senjata 60 hari dari Qatar dan Mesir, meski Hamas telah lebih dulu menyatakan persetujuan. Israel bersikeras hanya akan menerima kesepakatan komprehensif yang mencakup pembebasan seluruh sandera, yang diperkirakan terdiri atas 50 orang masih hidup dan 30 jenazah di Gaza.

Di sisi lain, Israel menyatakan operasi darat ini sangat penting untuk mencegah serangan serupa tragedi 7 Oktober 2023. Militer Israel menegaskan fokus utamanya adalah menghancurkan jaringan bawah tanah Hamas, meskipun sejumlah fasilitas sipil ikut terdampak.

Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Data PBB dan lembaga bantuan menunjukkan lebih dari 90 persen penduduk telah mengungsi, banyak di antaranya harus berpindah berkali-kali, sementara sekitar setengah juta orang menghadapi kelaparan akut. Kondisi ini diperparah dengan runtuhnya sebagian besar layanan kesehatan akibat keterbatasan obat-obatan, listrik, dan air bersih.

Hingga 23 Agustus 2025, belum ada laporan rinci mengenai korban di pihak militer Israel. Sementara itu, jumlah korban di pihak Palestina masih mengacu pada data Kementerian Kesehatan Gaza yang berada di bawah kendali Hamas. (pujo)

Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال