![]() |
Para pelayat berdoa dalam pemakaman massal untuk warga Palestina, termasuk jurnalis dan seorang petugas medis yang tewas dalam serangan udara Israel semalam, di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza |
Disrupsi.id, Medan - Ribuan warga Palestina memadati jalanan Gaza City untuk mengiringi pemakaman massal enam jurnalis yang gugur akibat serangan udara Israel pada Minggu malam, (10/08/2025). Prosesi dimulai dari kompleks Rumah Sakit Al-Shifa, lokasi para korban bekerja di sebuah tenda jurnalis sebelum diserang.
Jenazah, dibungkus kain kafan dan bendera Palestina, diusung sambil diiringi seruan seperti “Oh Anas, nikmatilah surga” serta tuntutan penghentian “pembantaian” di Gaza.
Korban terdiri dari lima staf Al Jazeera yaitu koresponden Anas al-Sharif (28), Mohammed Qreiqeh, kameramen Ibrahim Zaher dan Moamen Aliwa, serta asisten Mohammed Noufal—dan seorang jurnalis lepas, Mohammed Al-Khalidi. Al-Sharif dikenal luas sebagai salah satu jurnalis paling berani di Gaza, dan sempat mengunggah pesan terakhir yang mengecam kegagalan dunia menghentikan konflik sebelum ia tewas.
Suasana duka menyelimuti iring-iringan yang melintasi jalanan rusak akibat perang. Foto dan video memperlihatkan ribuan orang hadir, termasuk anak-anak dan perempuan yang menangis dan berdoa.
Al Jazeera menyebut pemakaman ini sebagai bentuk “perlawanan melalui kebenaran”. Sementara itu, organisasi seperti Committee to Protect Journalists (CPJ) dan PBB mengecam serangan tersebut sebagai pembunuhan terarah yang mengancam kebebasan pers.
"Ini bukan hanya kehilangan bagi kami, tapi bagi dunia yang bergantung pada liputan mereka untuk melihat kenyataan di Gaza,” ujar perwakilan Al Jazeera.
Di pihak lain, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mempertahankan klaim bahwa Anas al-Sharif merupakan pemimpin sel Hamas, meski klaim ini dibantah keras oleh Al Jazeera dan berbagai organisasi media internasional.
Kematian para jurnalis ini memicu protes global, termasuk demonstrasi solidaritas di berbagai negara, dan seruan agar Israel diadili atas pembunuhan jurnalis.
Data CPJ menyebut 186 jurnalis telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023, sementara catatan lain menunjukkan angka 237-242, menjadikan wilayah tersebut sebagai tempat paling mematikan bagi pekerja media dalam sejarah modern. (pujo)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.