Disrupsi.id, Medan - Pemerintah Indonesia masih menunggu persetujuan dari otoritas Palestina sebelum memulai rencana perawatan sekitar 2.000 korban perang Gaza di Pulau Galang, Kepulauan Riau. Langkah ini merupakan instruksi langsung Presiden Prabowo Subianto dan bersifat sementara, dengan tujuan memberikan perawatan medis bagi warga yang terluka akibat serangan udara dan reruntuhan bangunan.
Juru bicara presiden Hasan Nasbi menegaskan, pasien bersama keluarganya akan dipulangkan kembali ke Gaza setelah proses pemulihan selesai. Rencana ini bukan relokasi permanen, melainkan operasi kemanusiaan yang fokus pada penyembuhan korban.
Pulau Galang, yang kini tak berpenghuni, berada di selatan Singapura dan memiliki sejarah sebagai kamp pengungsi bagi 250 ribu korban Perang Vietnam hingga 1996, serta pernah menjadi lokasi isolasi COVID-19 pada 2020. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menyatakan siap mengaktifkan kembali rumah sakit di pulau itu, namun pelaksanaan masih menunggu koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan.
Langkah ini diambil di tengah konflik Gaza yang telah menewaskan lebih dari 60 ribu warga Palestina sejak Oktober 2023, berdasarkan data otoritas kesehatan Gaza. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia sebelumnya telah menyalurkan bantuan kemanusiaan dan mendukung solusi dua negara, sambil menolak segala bentuk pemindahan paksa warga Palestina.
Meski begitu, sejumlah pihak menilai rencana ini perlu dikaji ulang. Pengamat seperti Smith Alhadar dan akademisi UGM Siti Mutiah Setiawati menyoroti jarak Indonesia yang lebih dari 8.000 km dari Gaza, sehingga dianggap kurang efisien secara logistik dan bisa secara tidak sengaja mendukung agenda Israel untuk mengosongkan wilayah tersebut (mengusir penduduk Gaza dari tanah mereka).
Pemerintah menegaskan, inisiatif ini tidak terkait dengan usulan pemindahan permanen seperti yang pernah diajukan mantan Presiden AS Donald Trump. Anggota DPR TB Hasanuddin dan Dave Laksono pun mengingatkan agar langkah ini tidak menjadi jebakan yang merugikan perjuangan Palestina.
Di media sosial X, warganet terbelah antara mendukung solidaritas Indonesia dan mengkhawatirkan beban APBN serta dampak sosial di dalam negeri. Sementara itu, sejumlah analis menyarankan agar bantuan medis difokuskan di wilayah yang lebih dekat seperti Mesir atau Yordania demi efisiensi dan mengurangi risiko politik. (pujo)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.