Serangan Udara Israel Tewaskan Lima Jurnalis Al Jazeera di Gaza

Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel yang menewaskan lima jurnalis Al Jazeera di Gaza
Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel yang menewaskan lima jurnalis Al Jazeera di Gaza

Disrupsi.id, Medan - Serangan udara Israel pada Minggu malam (10/08/2025), sekitar pukul 23.35 waktu setempat, menewaskan lima jurnalis dari jaringan berita Al Jazeera yang berada di sebuah tenda liputan di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City.

Korban tewas termasuk koresponden utama Anas al-Sharif, yang dikenal luas atas liputannya di garis depan konflik gaza sejak Oktober 2023, bersama rekan koresponden Mohammed Qreiqeh, kameramen Ibrahim Zaher dan Moamen Aliwa, serta asisten Mohammed Noufal. Sumber lain menyebutkan jumlah korban mencapai tujuh orang, termasuk jurnalis lepas lokal Mohammad Al-Khaldi.

Al Jazeera mengecam keras peristiwa ini dan menyebutnya sebagai “pembunuhan terarah” terhadap jurnalisnya, menuding militer Israel sengaja membidik jurnalis untuk membungkam liputan independen di Gaza. Media berbasis Qatar itu membantah tuduhan bahwa al-Sharif memiliki keterlibatan dengan Hamas, menilai hal tersebut sebagai kampanye hitam untuk membenarkan serangan.

Kecaman juga datang dari berbagai pihak internasional, termasuk PBB, Committee to Protect Journalists (CPJ), dan International Federation of Journalists (IFJ), yang menilai insiden tersebut sebagai ancaman serius terhadap kebebasan pers. Ribuan warga menghadiri pemakaman para korban di tengah protes global yang menuntut perlindungan bagi jurnalis di zona konflik.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi serangan itu sebagai operasi pembunuhan terarah terhadap al-Sharif, yang mereka tuduh sebagai pemimpin sel Hamas yang menyamar sebagai jurnalis. IDF mengklaim memiliki bukti intelijen, namun tidak menjelaskan bukti tersebut kepada publik. Tuduhan semacam ini kerap diarahkan Israel terhadap jurnalis di Gaza, meski kerap dibantah oleh organisasi media independen.

Reaksi publik di platform X menunjukkan polarisasi, sebagian mendukung langkah Israel sebagai penindakan terhadap ancaman Hamas, sementara lainnya mengecamnya sebagai pembunuhan terhadap pekerja media.

Insiden ini menambah daftar panjang korban di kalangan jurnalis sejak konflik Gaza meletus pada Oktober 2023. Menurut Committee to Protect Journalists (CPJ), setidaknya 186 jurnalis telah tewas di Gaza hingga Agustus 2025, mayoritas di antaranya adalah warga Palestina dan diduga dibunuh oleh pasukan Israel-angka ini termasuk korban terbaru dari serangan ini.

Namun, kantor media pemerintah Gaza melaporkan angka lebih tinggi, yakni sekitar 237-242 jurnalis tewas, sementara IFJ mencatat setidaknya 189. 

Meski terdapat perbedaan angka, Gaza kini diakui sebagai wilayah paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah konflik modern. (pujo)

Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال