Mengenal Gejala dan Pencegahan Kanker Payudara, Penyakit yang Merenggut Komedian Mpok Alpa

Mpok Alpa saat dikunjungi Raffi Ahmad dan Irfan Hakim

disrupsi.id - Jakarta|
Kabar duka itu datang tiba-tiba persis saat Raffi Ahmad dan Irfan Hakim mengisi acara dalam program FYP Trans7. Mpok Alpa, komedian yang dikenal lewat canda khas Betawi dan tawa renyahnya, berpulang pada usia yang masih terbilang muda  38 tahun. Banyak yang terkejut, bahkan tak percaya, karena selama ini ia selalu terlihat ceria di layar kaca. Namun di balik senyumnya, tersimpan sakit yang ia pendam—diduga kanker payudara.

Berita ini mengguncang banyak hati. Bukan hanya karena dunia entertainment kehilangan sosok yang menghibur, tapi juga karena kanker payudara kembali menjadi sorotan. Penyakit ini, yang sering dianggap “jauh dari kita”, ternyata bisa menyerang siapa saja, kapan saja, tanpa pandang profesi atau latar belakang.

Ketika Gejala Tak Dianggap Penting

Banyak perempuan—bahkan yang memiliki akses kesehatan—masih menunda memeriksakan diri saat ada keluhan pada payudara. Sebagian menganggapnya hanya masalah kecil, sebagian takut, sebagian lagi sibuk hingga lupa memerhatikan kesehatan sendiri.

Padahal, kanker payudara kerap hadir diam-diam. Di awal, ia mungkin hanya berupa benjolan kecil yang tidak nyeri, kulit payudara yang berubah tekstur, atau puting yang sedikit tertarik ke dalam. Tanda-tanda yang mudah diabaikan, tetapi bisa menjadi awal masalah besar.

Apa Sebenarnya Kanker Payudara Itu?

Kanker payudara terjadi ketika sel-sel di jaringan payudara tumbuh tak terkendali, membentuk tumor yang dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Sel kanker dapat berasal dari saluran penghasil susu (ductal carcinoma) atau kelenjar susu (lobular carcinoma). Pada tahap awal, kanker ini sering tidak menimbulkan gejala, sehingga deteksi dini sangat penting.

Faktor Risiko yang Perlu Diketahui

Meski penyebab pastinya tidak selalu jelas, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara:

1. Genetika dan riwayat keluarga (mutasi BRCA1/BRCA2)

2. Usia di atas 40 tahun

3. Perubahan hormonal (menstruasi dini, menopause terlambat, terapi hormon jangka panjang)

4. Gaya hidup (obesitas, kurang olahraga, konsumsi alkohol, pola makan tidak sehat)

5. Paparan radiasi di area dada pada usia muda

Namun, memiliki faktor risiko tidak berarti pasti terkena, dan tidak memiliki faktor risiko bukan berarti bebas dari ancaman.

Mengapa Deteksi Dini Menyelamatkan Nyawa

Banyak penyintas kanker payudara yang bisa bertahan hidup puluhan tahun setelah diagnosis, karena penyakitnya terdeteksi pada stadium awal. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebulan sekali, mammografi rutin bagi yang berusia di atas 40 tahun, dan segera memeriksakan diri jika ada keluhan, adalah langkah sederhana yang dapat menyelamatkan nyawa.

Pengobatan yang Semakin Terarah

Saat ini, pengobatan kanker payudara semakin personal. Selain operasi dan kemoterapi, ada radioterapi, terapi hormon, hingga imunoterapi yang menargetkan jenis sel kanker tertentu. Dengan kemajuan teknologi medis, peluang sembuh semakin besar jika pasien mendapat penanganan tepat waktu.

Belajar dari Kepergian Mpok Alpa

Kisah Mpok Alpa mengingatkan kita bahwa kesehatan adalah investasi terbesar. Terlalu sering kita menunda memeriksakan diri karena merasa “masih kuat” atau “nanti saja”. Padahal, kanker tidak menunggu kita siap. Ia berkembang tanpa permisi.

Bagi keluarga yang ditinggalkan, kehilangan ini adalah luka. Namun bagi kita, ini adalah pengingat: jangan abaikan tubuh kita sendiri.

Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Kita memang tidak bisa mengendalikan semua faktor risiko, tapi kita bisa menekan peluang terkena kanker payudara dengan langkah-langkah berikut:

1. Menjaga berat badan ideal dan berolahraga teratur

2. Mengonsumsi makanan bergizi tinggi serat, rendah lemak jenuh

3. Mengurangi konsumsi alkohol dan tidak merokok

4. Menyusui bayi jika memungkinkan

5. Melakukan pemeriksaan payudara rutin sesuai rekomendasi dokter

Akhirnya… Kepergian Mpok Alpa adalah duka bagi dunia hiburan, tetapi juga sebuah panggilan untuk kita lebih peduli pada kesehatan payudara. Jangan tunggu gejala menjadi parah. Jangan tunggu waktu lapang. Jangan tunggu keberanian datang dengan sendirinya.

Karena kanker payudara bukan hanya statistik di buku medis. Ia adalah kisah nyata—kisah tentang seseorang yang dulu kita kenal, kita lihat tertawa, lalu tiba-tiba pergi. Dan setiap kisah itu bisa berubah jika kita lebih peka, lebih peduli, dan lebih berani memeriksakan diri.

Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال