disrupsi.id - Medan | Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sumatera Utara, Kahiyang Ayu, membuka peluang besar bagi kabupaten dan kota di wilayahnya untuk tampil di panggung nasional maupun internasional.
Kahiyang Ayu menegaskan komitmennya untuk mendorong daerah-daerah di Sumut berpartisipasi dalam berbagai ajang strategis, salah satunya Indonesian Fashion Weekend (IFW) 2025 yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) pada akhir Mei mendatang.
“Kami ingin setiap daerah di Sumut punya kesempatan unjuk gigi, baik melalui tenun, wastra, maupun produk kerajinan lainnya. Salah satunya lewat IFW 2025 yang akan melibatkan desainer nasional dalam mengangkat kekayaan tekstil Sumut,” ujarnya saat menerima kunjungan kerja Dekranasda Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) di Aula Tengku Rizal Nurdin, Medan, Senin (19/5/2025).
Menurut Kahiyang, hingga kini sudah ada empat desainer yang bersedia mengangkat kain khas dari tiga daerah, yaitu Tapanuli Utara, Karo, dan Tapanuli Selatan.
"Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi Dekranasda Sumut dalam mempromosikan keragaman budaya dan kerajinan lokal ke pasar yang lebih luas," papar Kahiyang Ayu.
Kahiyang menyoroti potensi besar yang dimiliki Sumut, yang terdiri atas 33 kabupaten/kota dan delapan kelompok etnis. Tak hanya tenun dan wastra, hasil kriya seperti tas kayu dari Kepulauan Nias juga mendapat perhatian khusus karena keunikan dan kualitasnya yang tinggi.
“Saya melihat langsung bagaimana tas dari kayu ini dibuat dengan telaten. Prosesnya bisa memakan waktu hingga dua bulan, namun hasilnya sangat layak untuk pasar premium,” ujarnya.
Dekranasda Sumut juga aktif memfasilitasi promosi produk-produk unggulan daerah melalui galeri resmi dan partisipasi di berbagai pameran tingkat nasional maupun internasional.
"Pendekatan ini diharapkan mampu memperkuat daya saing pelaku UMKM kreatif di kancah global," ungkap Kahiyang Ayu.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Taput, Neny Angelina JTP Hutabarat, memperkenalkan sejumlah potensi unggulan daerahnya, mulai dari produk olahan pangan seperti kopi kemasan, sambal andaliman, dan camilan berbasis bahan lokal, hingga industri kreatif yang mengangkat budaya Batak.
“Kami melihat ulos bukan hanya sebagai pakaian adat, tapi juga inspirasi dalam desain kontemporer dan kerajinan tangan. Musik tradisional, seni kriya kayu, hingga cerita rakyat Batak sangat potensial dikembangkan menjadi produk wisata edukatif,” jelas Neny.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pelaku industri lokal dengan generasi muda untuk memperkuat Taput sebagai pusat budaya dan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.
"Kami berharap dukungan lanjutan dari Dekranasda Sumut untuk menetapkan Taput sebagai Kota Tenun dan Pusat Wastra Sumatera Utara, serta mendorong penggunaan ulos Taput sebagai seragam resmi di lingkungan pemerintahan provinsi," paparnya. (*)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.