![]() |
Nina Kutina dalam penemuan di Gua Gokarna oleh polisi India |
disrupsi.id - India Kehidupan bebas dan dekat dengan alam yang dijalani Nina Kutina bersama dua putrinya di sebuah gua di Gokarna, India, kini berubah drastis. Wanita asal Rusia ini kini harus menjalani hari-harinya di pusat detensi Tumakuru sambil menanti proses deportasi ke negaranya. Melalui unggahan emosional di media sosial, Kutina menyampaikan betapa kontras kehidupannya saat ini dibandingkan dengan ketenangan yang ia rasakan selama tinggal di alam terbuka.
Sebelum diamankan oleh pihak kepolisian India, Kutina dan kedua anaknya tinggal di sebuah gua terpencil yang dikelilingi oleh hutan, air terjun, dan suara alam. Dalam tulisannya, ia menggambarkan suasana tersebut sebagai “rumah hangat yang nyaman”—tempat di mana ia merasa lebih aman daripada di tengah kehidupan sosial yang penuh tekanan. “Kini kami tidur di atas lantai dingin dan keras, tanpa langit, tanpa rumput, dan tanpa air terjun,” keluhnya.
Setelah diselamatkan, Kutina sempat ditempatkan di sebuah ashram di Kumta sebelum akhirnya diproses oleh Kantor Pendaftaran Orang Asing (FRRO). Berdasarkan keterangan pejabat FRRO, Kutina telah melanggar izin tinggal karena melebihi masa berlaku visa bisnis yang diterbitkan pada 18 Oktober 2016. Ia sempat bekerja di sebuah resor di Goa dan diberi izin keluar India pada April 2018. Namun, setelah kembali dari Nepal dan Rusia, ia masuk lagi ke wilayah Gokarna melalui Nepal. Paspornya sendiri telah habis masa berlakunya sejak 2019.
Kepala Kepolisian M Narayan menyebutkan bahwa karena Kutina tinggal secara ilegal, ia kini wajib dideportasi dan harus membeli tiket pulangnya sendiri. Prosedur ini sesuai dengan aturan imigrasi India yang ketat terhadap pelanggaran izin tinggal oleh warga negara asing.
Di pusat detensi, kondisi Kutina tampak jauh dari harapan. Dalam sebuah catatan yang ditulisnya, ia menyesali kehilangan kebebasan yang selama ini ia temukan di alam. “Bertahun-tahun kami hidup di tengah alam tanpa pernah digigit ular atau diserang hewan. Tapi yang selalu kami waspadai adalah manusia—satu-satunya makhluk yang bisa menyakiti sesamanya dan merusak kehidupan lainnya,” ungkapnya.
Menurut Kutina, hidup di bawah hujan dan bersatu dengan alam telah memberinya kesehatan, kekuatan, dan ketenangan batin. Namun kini, semua itu telah tergantikan oleh dinding dan lantai yang membatasi geraknya. “Manusia menindas dan menyakiti siapa pun dan apa pun. Kejahatan telah menang lagi,” tulisnya, mencerminkan perasaannya yang putus asa. (newindianexpress.com)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.