disrupsi.id - Medan | Setelah kisah perselingkuhan Rendy Kjaernett dengan Syahnaz Sadiqah sempat mengguncang rumah tangganya dengan Lady Nayoan, muncul pertanyaan besar: apakah seseorang bisa sembuh dari kebiasaan selingkuh?
Rendy mengakui kesalahannya, meminta maaf terbuka, dan mengaku telah bertobat. Ia bahkan mengambil jurusan Teologi sebagai proses penguatan spiritual dan sebagai fondasi untuk hidup yang lebih baik dan serius, termasuk niatnya membangun gereja serta menjadi pendeta.
Menurutnya, selingkuh adalah kesalahan besar, tetapi bukan akhir dari sebuah perjalanan—selama ada kesadaran dan komitmen untuk berubah
Psikolog Efnie mengatakan perselingkuhan bisa berkembang menjadi habit jika terjadi berulang kali dan didasari oleh ketidaksadaran terhadap pemicu emosional. Untuk bisa berhenti, seseorang perlu memiliki niat kuat dari dalam diri.
"Kemudian mengenali penyebab perselingkuhan apakah karena kosong emosional, mencari thrill, atau sebagai pelarian dari masalah. Lalu meningkatkan spiritualitas dan menemukan makna hidup yang lebih dalam," ujarnya.
Efnie menegaskan bahwa proses pemulihan membutuhkan waktu, bukan instan. Jika fondasi perubahan tidak kuat, resiko kekambuhan tetap tinggi.
Dalam kasus Lady Nayoan, dampaknya sangat nyata, terutama pada aspek psikologis dan trauma kehamilan saat ia hamil anak ketiga yang sampai mengancam keselamatan dirinya.
Dia menjelaskan berbagai dampak umum korban perselingkuhan antara lain hilangnya kepercayaan diri dan percaya diri terhadap pasangan, kesulitan membangun hubungan jangka panjang (trust issues). Kemudian kecemasan, depresi, hingga halusinasi akibat tekanan batin.
Kenapa orang suka selingkuh?
Psikolog Veronica Adelsa menambahkan infidelitas adalah pengkhianatan yang paling menyakitkan dalam sebuah hubungan. Bagi banyak orang, kepercayaan adalah fondasi utama. Sekali hancur, sulit untuk membangun kembali.
Tapi, menariknya, alasan orang berselingkuh sering kali jauh lebih kompleks daripada yang terlihat. Ada yang berselingkuh karena tidak bahagia dalam hubungan. Ada yang melakukannya karena merasa tidak diinginkan, atau ingin memenuhi fantasi seksual.
Tapi seringkali, akar dari perselingkuhan bukan hanya karena pasangan atau hubungan itu sendiri, melainkan karena disconnected self, rasa ketidaknyamanan dan pergolakan dalam diri sendiri.
Orang yang pernah selingkuh bisa saja berubah jika mereka benar-benar ingin berubah. Perubahan membutuhkan proses panjang, keterbukaan, introspeksi mendalam, dan bimbingan profesional.
Tapi, jika akar masalah tidak pernah digali, permintaan maaf hanya akan menjadi janji kosong yang terulang kembali. Tanpa pemahaman terhadap penyebab dan latar belakang perilaku tersebut, maka kita hanya akan menekan emosi dan berpegang pada harapan.
"Padahal, dalam proses penyembuhan, memahami 'mengapa' adalah awal dari pemulihan," jelas Veronica.
Pasangan yang ingin memulihkan hubungan pasca-perselingkuhan juga harus siap menghadapi berbagai tantangan emosional, mulai dari kehilangan kepercayaan hingga rasa takut akan pengkhianatan yang berulang. Tanpa dukungan dan pemahaman bersama, kebiasaan lama bisa muncul kembali saat konflik datang. (*)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.