disrupsi.id - Medan | Masalah stunting di Kota Medan masih menjadi tantangan serius, meskipun tren penurunannya menunjukkan kemajuan. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan, lima kecamatan masih dikategorikan sebagai zona merah karena tingginya jumlah kasus anak stunting.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Medan, Elsa Dodolang mengatakan lima kecamatan yang masuk zona merah yakni Kecamatan Medan Marelan sebanyak 24, Medan Belawan sebanyak 22, Medan Selayang sebanyak 13 anak, Medan Sunggal sebanyak 13 dan Medan Labuhan sebanyak 12 anak.
"Faktor utama penyebab stunting akibat makanan balita tidak seimbang, pola makan yang kurang tepat, bayi tidak asi ekslusif, dan sanitasi yang buruk," kata Elsa Dodolang, Senin (4/8/2025).
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinkes Medan telah mengimplementasikan berbagai program intervensi, baik secara langsung maupun kolaboratif. Salah satunya adalah pemberian makanan tambahan (PMT) berupa susu PKMK (Pangan Keperluan Medis Khusus) bagi balita yang mengalami gizi kurang, gizi buruk, dan stunting.
"Kemudian pemberian PMT berupa susu kepada ibu hamil kurang energi kronis, bantuan UHC sehingga balita stunting dapat dirujuk ke rumah sakit, pelaksanaan promosi kesehatan berupa pelaksanaan gerakan cegah stunting, gerakan ibu hamil sehat dan aksi bergizi di kelurahan, sosialisasi implementasi 5 pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan deklarasi Stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan), pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil, calon pengantin dan remaja putri," sebutnya.
Peran puskesmas dan kader posyandu dalam penanganan kasus stunting antara lain merujuk balita stunting ke rumah sakit untuk diperiksa dokter spesialis anak, melaksanakan pemeriksaan balita stunting dan ibu hamil di Puskesmas.
"Lalu kunjungan ke rumah untuk monitoring dan evaluasi berat badan dan tinggi badan kepada balita stunting dan ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis), melaksanakan pemberian PMT yang sudah didistribusikan oleh Dinas Kesehatan, melaksanakan distribusi tablet tambah darah kepada remaja putri di sekolah wilayah kerja Puskesmas dan kepada ibu hamil dan calon pengantin," ujarnya.
Elsa menyebutkan ada intervensi spesifik untuk ibu hamil dan balita di wilayah rawan stunting antara lain skrining anemia bagi remaja putri, meningkatkan konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri, menjalani pemeriksaan ante natal care (ANC) bagi ibu hamil.
"Konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil, tambahan asupan gizi bagi ibu hamil yang mengalami kurang energi kronik (KEK), pemantauan tumbuh kembang balita, mendapatkan ASI eksklusif untuk balita usia kurang dari 6 tahun dan lainnya," sebutnya.
Namun begitu, Elsa menegaskan program percepatan penurunan stunting yang dilakukan Dinas Kesehatan Medan menunjukkan hasil positif sejauh ini sehingga angka stunting dapat berkurang.
"Pada Januari 2025 angka stunting mencapai 165 anak, Februari 2025 sebanyak 161, Maret 2025 sebanyak 158 anak, April 2025 sebanyak 139 anak, Mei 2025 sebanyak 138 orang dan Juni 2025 sebanyak 135 anak," ujarnya.
Elsa menambahkan tantangan terbesar yang dihadapi Dinkes Medan dalam menanggulangi stunting antara lain perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat. Meskipun sudah dilaksanakan banyak sosialisasi dan imbauan, namun beberapa masyarakat belum menjalankan gizi seimbang dan hidup sehat.
"Beberapa masyarakat juga “sengaja” tidak memperbaiki pola makan dan pola hidupnya agar terus mendapatkan bantuan sanitasi yang buruk dan akses air bersih belum memadai. Sebab beberapa wilayah stunting, masih memiliki sanitasi dan akses air bersih yang belum memadai. Kemiskinan dan ketahanan pangan menjadi faktor ekonomi keluarga mempengaruhi ketersediaan dan kualitas makanan yang dikonsumsi khususnya protein hewani yang sangat penting dikonsumsi," urainya.
Elsa memaparkan ada inovasi lokal atau program unggulan yang berhasil menurunkan angka stunting di Medan antara lain pemberian susu PKMK sesuai tatalaksana dalam PMK Nomor 29 Tahun 2019, pelaksanaan bimbingan perkawinan calon pengantin, pondok gizi ceting (Cegah Stunting) kerjasama dinas kesehatan, puskesmas.
"Selain itu Dinas PPKB, kecamatan, kelurahan, kepala lingkungan, LPM, PKK, organisasi masyarakat dan juga sektor swasta, SIKODAK (Sistem Informasi Dana Kelurahan), inovasi Bappeda Kota Medan yang mengintegrasikan databese stunting, kemiskinan, DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) dan data UMKM dan data jalan," bebernya. (*)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.
Tags
Kesehatan