Jokowi Diduga Mengidap SJS, Ini Penjelasannya


disrupsi.id - Jakarta 
Mantan Presiden Joko Widodo berulang tahun ke-64 pada 21 Juni lalu. Ia merayakan pertambahan usia tersebut di kediamannya di Jalan Kutai Utara, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

Para warga di sekitar lokasi turut menyemarakkan perhelatan sederhana itu dengan membawa nasi tumpeng, kue tart, serta beragam camilan lainnya. Sementara, netizen riuh melontarkan asumsi alih-alih menyematkan doa. Ruang publik sontak gaduh melihat penampakan Jokowi yang lain dari biasanya.

Kulit wajahnya terlihat kasar, dipenuhi bintik hitam, serta flek tebal. Dokter Tifa, salah seorang netizen yang kerap mengkritik Jokowi terkait ijazah palsu, menduga ia terkena penyakit kulit yaitu  Sindrom Stevens-Johnson.

Sindrom Stevens-Johnson (SJS) adalah kondisi langka yang menyerang kulit dan selaput lendir, seperti di mulut, mata, dan area genital. Biasanya, SJS dianggap sebagai reaksi parah terhadap obat-obatan atau infeksi, meskipun beberapa ahli meyakini bahwa SJS merupakan kondisi tersendiri yang berbeda dari reaksi alergi biasa.

Ada juga bentuk yang lebih berat dari SJS yang dikenal sebagai toxic epidermal necrolysis (TEN) atau sindrom Lyell, yang menyebabkan pengelupasan kulit dalam skala besar dan bisa sangat mengancam jiwa.

Apa Itu Sindrom Stevens-Johnson?

SJS bisa sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Pada anak-anak, kondisi ini dapat menyebabkan lepuhan besar dan kulit terkelupas seolah-olah terbakar.

Sindrom ini pertama kali dikenali oleh dua dokter anak, Albert Mason Stevens dan Frank Chambliss Johnson, pada tahun 1922.

SJS bisa menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Namun, orang dengan daya tahan tubuh lemah (seperti penderita HIV) cenderung lebih rentan terkena kondisi ini.

SJS sering dikaitkan dengan reaksi alergi berat terhadap obat atau infeksi, seperti herpes atau pneumonia ringan yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae. Beberapa ahli menganggap SJS sebagai bentuk parah dari erythema multiforme—reaksi hipersensitivitas yang lebih ringan—namun ada juga yang menganggap SJS sebagai penyakit yang berbeda.

Berapa Peluang Sembuh dari Sindrom Ini?

Sayangnya, sekitar 5,4% penderita SJS dan 15,3% penderita TEN tidak berhasil pulih karena gejalanya terlalu berat.

Gejala SJS yang Perlu Diwaspadai

SJS umumnya dimulai dengan gejala mirip flu, seperti:

  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Batuk

Beberapa hari kemudian, gejala akan berkembang menjadi:

  • Sensasi terbakar di bibir, pipi bagian dalam, dan mata
  • Ruam merah datar, yang bisa berkembang menjadi lepuhan
  • Wajah, kelopak mata, dan lidah bengkak
  • Mata merah dan berair
  • Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
  • Luka nyeri di mulut, hidung, mata, dan area kelamin, yang bisa menjadi kering dan berkerak

Komplikasi serius bisa meliputi:

  • Luka pada kornea mata hingga kebutaan
  • Radang paru (pneumonitis)
  • Radang jantung (miokarditis)
  • Radang hati (hepatitis)
  • Gangguan ginjal, infeksi darah (sepsis), hingga gagal organ

Jika kulit anak mudah terlepas hanya karena digosok ringan (dikenal sebagai tanda Nikolsky), ini menandakan SJS berat atau mungkin sudah berkembang menjadi TEN.

Seorang anak didiagnosis TEN jika lebih dari 30% luas kulitnya mengelupas.

Apa Penyebab Paling Umum dari SJS?

Lebih dari 200 jenis obat diketahui dapat memicu SJS. Yang paling sering menjadi penyebab antara lain:

  • Obat antikejang/antiepilepsi:
    Termasuk Tegretol (karbamazepin), Dilantin (fenitoin), fenobarbital, Depakote (asam valproat), dan Lamictal (lamotrigin)
  • Antibiotik sulfa:
    Seperti Bactrim (trimetoprim/sulfametoksazol), sering digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan infeksi MRSA
  • Antibiotik beta-laktam:
    Termasuk penisilin dan sefalosporin
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID):
    Terutama jenis oxicam, seperti Piroxicam (jarang diresepkan untuk anak-anak)
  • Allopurinol:
    Obat yang digunakan untuk mengobati asam urat

Selain obat-obatan, infeksi juga dapat memicu SJS, antara lain:

  • Herpes simpleks
  • Mycoplasma pneumoniae (penyebab pneumonia ringan)
  • Hepatitis C
  • Infeksi jamur Histoplasma capsulatum
  • Virus Epstein-Barr (penyebab mononukleosis)
  • Adenovirus

Apakah SJS Bisa Disembuhkan?

Tidak ada obat khusus yang langsung menyembuhkan SJS. Namun, penghentian segera obat pemicu dan perawatan intensif dapat menyelamatkan nyawa pasien. Pemulihan biasanya memakan waktu sekitar empat minggu.

Perawatan dilakukan di unit perawatan intensif (ICU) dan melibatkan:

  • Cairan infus untuk mencegah dehidrasi
  • Suplemen nutrisi untuk menjaga kekuatan tubuh
  • Antibiotik, jika terjadi infeksi sekunder
  • Obat pereda nyeri
  • Perawatan luka dan kulit
  • Obat steroid atau imunoglobulin (IVIG), meski penggunaannya masih diperdebatkan di kalangan medis

Biasanya, penanganan SJS membutuhkan kolaborasi dari tim dokter, termasuk dokter ICU, dokter kulit, spesialis mata, paru-paru, dan saluran pencernaan.

Orang tua sangat disarankan segera mencari pertolongan medis jika melihat gejala SJS pada anak.

Kesimpulannya, Sindrom Stevens-Johnson adalah reaksi parah terhadap obat atau infeksi yang dapat menyebabkan lepuhan besar dan kerusakan pada kulit serta jaringan lunak. Penyakit ini sangat serius dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Meski langka, SJS harus dikenali sejak dini karena gejalanya bisa memburuk dengan sangat cepat. Perawatan intensif yang tepat dapat meningkatkan peluang sembuh, meski proses penyembuhan bisa memakan waktu lama dan menyebabkan bekas luka fisik maupun emosional.

 (Artikel ini disarikan dari https://www.verywellhealth.com/)

 


Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال