disrupsi.id - Medan | Kota Medan, Sumatra Utara, tengah menghadapi puncak musim kemarau dengan kondisi suhu udara yang sangat tinggi dalam beberapa hari terakhir. Fenomena ini masuk dalam kategori cuaca panas ekstrem seiring dengan tidak turunnya hujan selama lebih dari satu pekan.
Kepala Balai Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Medan, Hendro Nugroho mengatakan beberapa hari terakhir suhu udara di Kota Medan cukup panas, bahkan mencapai 37,8 Celcius berdasarkan data pengamatan di Balai Besar Meteorologi Klimatologi Geofisika Wilayah I Medan pada 17 Juli 2025.
"Hal yang sama juga tercatat di beberapa stasiun BMKG yang berada di Kota Medan, dimana dengan suhu tersebut sudah masuk dalam kategori ekstrem," kata Hendro kepada CNN Indonesia, Senin (28/7/2025).
Hendro menyebutkan berdasarkan data normal suhu maksimum di Kota Medan yaitu sebesar 33.7C pada bulan Juli dari tahun 2008-2024. Akan tetapi pada Juli 2025, suhu udara cenderung tinggi dan disertai dengan angin yang cukup kencang mencapai hampir 50km/jam. Kondisi ini terjadi karena aktifnya siklon tropis “Wipha” pada 17 Juli 2025.
"Siklon tersebut merupakan sistem yang turut andil dalam mempengaruhi sistem cuaca di Indonesia khususnya di Sumatera Utara," jelasnya.
Menurut Hendro siklon tropis tersebut semakin menjauhi Indonesia, maka wilayah yang kaya uap air semakin menjauh juga, serta di Samudera Hindia sisi barat Sumatera, terlihat propagasi udara yang agak kering bergerak masuk ke wilayah bagian tengah Sumatera dalam beberapa hari terakhir.
"Cuaca hujan juga tidak terjadi di Kota Medan dalam waktu seminggu, yang semakin menambah gerah akibat suhu yang cukup panas," terangnya.
Pada saat ini, tambah Hendro, berdasarkan analisis angin 3000ft, pada umumnya angin bertiup dari arah barat daya di wilayah Sumatera Utara khususnya di wilayah pantai barat, pegunungan dan sebagian lereng timur seperti Langkat, Deli Serdang, Binjai, dan sebagian kota Medan.
"Faktor global suhu muka laut dan anomali cukup hangat yang berpotensi memicu munculnya awan-awan konvektif di Sumatera Utara," terangnya.
Dan dari analisis streamline, lanjut Hendro, terdapat belokan angin di wilayah Sumatera Utara yang turut menambah asupan uap air khususnya di wilayah pantai barat, pegunungan, dan lereng timur Sumatera Utara, seperti Kepulauan Nias, Langkat, Binjai, Deli Serdang, Sebagian kota Medan, Madina, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Humbahas, sebagian Tapanuli Utara.
"Begitu juga dengan kelembapan udara pada lapisan atas yang cukup tinggi, serta labilitas udara yang labil. Hal-hal tersebut memicu potensi pertumbuhan awan hujan dengan intensitas ringan-sedang di wilayah tersebut," paparnya.
Sifat cuaca yang dinamis memungkinkan adanya potensi terjadinya gangguan cuaca di wilayah Sumatera Utara dan dapat menyebabkan kondisi cuaca cukup labil yang dapat berubah sewaktu-waktu.
"Untuk itu, diimbau kepada masyarakat agar mengantisipasi kondisi cuaca tersebut serta tetap menjaga kesehatan. Selain itu, masyarakat dapat mengupdate informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan BMKG untuk mendapatkan informasi terkini mengenai cuaca dan iklim secara nasional," paparnya. (*)
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.