IHSG/foto (ist)
disrupsi.id - Jakarta|Pada penutupan perdagangan Jumat sore, 25 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa positif dengan mencatatkan kenaikan tipis sebesar 12,60 poin atau 0,17 persen. IHSG mengakhiri sesi di level 7.543, menandai stabilitas pasar yang cukup mengesankan di tengah tekanan global yang masih membayangi.
Data dari RTI Infokom menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) cukup bergairah. Nilai transaksi harian tercatat mencapai Rp12,17 triliun, dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai lebih dari 23,22 miliar lembar. Meski indeks utama mengalami penguatan, pergerakan harga saham di bursa tampak beragam: sebanyak 246 saham menguat, 355 saham melemah, dan 203 saham stagnan.
Penguatan IHSG kali ini ditopang oleh sektor keuangan yang mencatatkan performa paling solid di antara sektor lainnya. Sektor ini mengalami kenaikan sebesar 1,68 persen, menjadi motor penggerak utama indeks. Kenaikan tersebut tak lepas dari ekspektasi pelaku pasar terhadap kinerja emiten perbankan yang diprediksi akan membaik seiring pertumbuhan kredit dan meningkatnya daya beli masyarakat. Investor juga tampak kembali melirik sektor ini sebagai aset aman di tengah ketidakpastian global.
Sementara itu, tidak semua sektor menikmati penguatan. Empat sektor tercatat melemah, dan sektor kesehatan menjadi yang paling tertekan dengan koreksi sebesar 0,77 persen. Tekanan pada sektor ini diduga berasal dari rotasi sektor, di mana investor mulai beralih ke saham-saham yang lebih sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama sektor siklikal seperti keuangan dan konsumsi.
Jika menoleh ke kawasan regional, mayoritas bursa saham di Asia justru bergerak di zona merah. Indeks Shanghai Composite di China melemah 0,33 persen, begitu pula dengan indeks Straits Times di Singapura yang terkoreksi 0,34 persen. Di Hong Kong, indeks Hang Seng turun cukup tajam sebesar 1,09 persen, sedangkan indeks Nikkei 225 Jepang kehilangan 0,88 persen nilainya. Sentimen negatif ini dipicu oleh ketidakpastian pemulihan ekonomi global serta data ekonomi China yang masih belum menunjukkan sinyal pemulihan yang meyakinkan.
Kondisi serupa juga terjadi di bursa Eropa. Indeks DAX Jerman mencatatkan penurunan 0,63 persen, sementara indeks FTSE 100 di Inggris juga melemah 0,43 persen. Kinerja bursa Eropa dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar atas inflasi dan suku bunga tinggi yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera turun. Ditambah lagi, ketegangan geopolitik yang masih berlangsung turut menambah tekanan di pasar regional tersebut.
Namun berbeda dengan Asia dan Eropa, bursa saham Amerika Serikat menunjukkan arah yang lebih beragam. Indeks S&P 500 dan NASDAQ Composite masing-masing mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,07 persen dan 0,18 persen. Meski demikian, indeks Dow Jones justru mengalami penurunan signifikan sebesar 0,70 persen. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung dan kehati-hatian investor dalam menyikapi kemungkinan kebijakan suku bunga lanjutan dari Federal Reserve.
Melihat situasi ini, kinerja IHSG yang tetap berada di jalur penguatan memberikan sinyal bahwa pasar saham domestik masih memiliki daya tahan yang baik terhadap tekanan global. Sektor keuangan yang menjadi penopang utama mencerminkan keyakinan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang relatif solid.
Kendati demikian, pelaku pasar tetap disarankan untuk mencermati dinamika global dan domestik secara hati-hati. Ketidakpastian arah kebijakan moneter global, rilis data ekonomi dalam negeri, serta perkembangan geopolitik masih menjadi variabel penting yang bisa mempengaruhi arah pergerakan pasar ke depan.
Dalam kondisi pasar yang cenderung fluktuatif seperti saat ini, strategi investasi yang berbasis analisis fundamental dan manajemen risiko yang baik menjadi krusial. Investor juga disarankan untuk lebih selektif dalam memilih sektor dan emiten yang memiliki prospek cerah dan kinerja keuangan yang solid.
Dengan adanya momentum positif dari sektor keuangan, serta potensi pemulihan ekonomi yang berlanjut, peluang penguatan lanjutan bagi IHSG tetap terbuka, meski dalam bayang-bayang volatilitas global yang belum sepenuhnya mereda.
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.