Parade Militer Trump Picu Gelombang Protes dan Kekerasan di Sejumlah Kota Amerika Serikat

Parade Militer Trump Picu Gelombang Protes dan Kekerasan di Sejumlah Kota Amerika Serikat

Disrupsi.id, Medan - Presiden Donald Trump memimpin parade besar-besaran untuk merayakan HUT ke-250 Angkatan Darat Amerika Serikat. Parade ini sekaligus menjadi ajang unjuk kekuatan militer Amerika dan merayakan ulang tahun Trump yang ke-79 serta Hari Bendera Nasional (Flag Day). Sekitar 6.700 personel militer, 150 kendaraan tempur termasuk tank M1 Abrams, serta 50 pesawat tempur (mulai dari P-51 Mustang era Perang Dunia II hingga helikopter Black Hawk) melintasi ibu kota Washington, D.C.

Dalam pidatonya, Trump menyebut parade ini sebagai penghormatan atas "kekuatan tak tertandingi Amerika," dan menegaskan, “Jika kalian mengancam rakyat kami, tentara kami akan datang memburu kalian.” Parade yang diperkirakan menelan biaya antara $25 juta hingga $45 juta ini diakhiri dengan pesta kembang api dan upacara pengibaran bendera oleh Golden Knights, pasukan penerjun payung Angkatan Darat AS.

Parade ini memicu gelombang protes besar-besaran yang dinamakan “No Kings Day” oleh lebih dari 200 organisasi progresif seperti Women’s March dan ACLU. Protes berlangsung di 2.000 kota di seluruh AS dan diklaim diikuti hingga 5 juta orang. Laporan menyebutkan aksi ini turut didanai oleh miliarder George Soros dan Ford Foundation, dengan tujuan menggambarkan parade Trump sebagai simbol otoritarianisme.

Para demonstran mengecam kebijakan imigrasi Trump, pembatasan hak sipil, dan pemotongan program sosial seperti Jaminan Sosial. Mereka meneriakkan slogan “Tidak ada mahkota untuk badut” sambil membawa spanduk yang menuding Trump memiliki ambisi menjadi raja. Protes tersebut tidak dilakukan di Washington untuk menghindari tuduhan anti-veteran. Sebaliknya, massa memenuhi kota-kota seperti Philadelphia dan Phoenix, Arizona, di mana ratusan orang tetap turun ke jalan meski suhu mencapai 43°C.

Situasi Memanas, Polisi dan Demonstran Terlibat Bentrok

Meski para penyelenggara mengklaim protes berlangsung damai, sejumlah insiden kekerasan terjadi. Di Culpeper, Virginia, Joseph R. Checklick Jr. dilaporkan menabrakkan SUV-nya ke arah demonstran “No Kings,” menyebabkan sedikitnya satu orang terluka dan ia pun dikenai dakwaan mengemudi sembrono. Insiden serupa juga terjadi di San Francisco, sementara sebuah penembakan di dekat unjuk rasa di Salt Lake City menyebabkan satu orang kritis.

Parade Militer Trump Picu Gelombang Protes dan Kekerasan di Sejumlah Kota Amerika Serikat

Di Los Angeles, polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan demonstran yang melanggar jam malam, menangkap 19 orang termasuk satu tersangka penyerangan dengan senjata mematikan. Di Portland, agen federal juga menggunakan gas air mata setelah terjadi upaya untuk menerobos masuk ke fasilitas imigrasi (ICE). Di Minnesota, penembakan bermotif politik menewaskan seorang anggota legislatif dari Partai Demokrat dan suaminya. Selebaran “No Kings” ditemukan di mobil pelaku, memicu sorotan lebih lanjut terhadap pendukung gerakan ini.

Peringatan Trump yang menyebut akan menggunakan “kekuatan besar” terhadap siapa pun yang mencoba mengacaukan parade sempat memicu kekhawatiran. Namun, juru bicaranya kemudian menegaskan bahwa presiden tetap mendukung aksi protes yang berlangsung damai. Sebagai langkah antisipasi, Washington diamankan secara ketat dengan pemasangan pagar keamanan khusus sepanjang 18 mil dan penjagaan dari Garda Nasional di sejumlah negara bagian seperti Texas dan Missouri. Cuaca sempat menjadi kendala—hujan ringan dan risiko petir membuat parade dimulai lebih awal dan beberapa pertunjukan udara dibatalkan. Meski begitu, ribuan pendukung tetap antusias menyambut acara tersebut, termasuk Doug Haynes, seorang veteran Angkatan Laut AS, yang menyebut parade ini sebagai “sikap berani untuk Amerika.”

Aksi protes “No Kings” yang didanai Soros dan Ford Foundation ini membuka kembali jurang perpecahan politik Amerika. Para kritikus di media sosial menyebut gerakan ini sebagai upaya terkoordinasi dari kaum globalis untuk melemahkan Trump. Sementara itu, para pendukung Trump melihat parade ini sebagai perayaan penuh semangat atas kekuatan dan patriotisme nasional. Menjelang ulang tahun ke-250 negara ini, pertarungan ideologi dan kekuasaan tampaknya akan terus memanas. (pujo)

Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال