![]() |
Cuplikan siaran dari saluran berita IRINN Iran pada hari Jumat menunjukkan asap mengepul akibat ledakan di Natanz setelah serangan Israel. (AFP/Getty Images) |
Disrupsi.id, Medan — Serangan udara Israel ke sejumlah fasilitas nuklir Iran menyebabkan kerusakan serius pada bangunan di atas tanah, namun belum mampu melumpuhkan infrastruktur utama yang terletak jauh di bawah permukaan, menurut analisis para pakar dan citra satelit terbaru.
Fasilitas pengayaan uranium utama di Natanz dan Fordow—yang berada jauh di bawah tanah dan merupakan bagian vital dari program nuklir Iran—dilaporkan tetap utuh. Serangan yang terjadi Jumat pagi waktu setempat itu justru lebih banyak menargetkan instalasi permukaan seperti pusat riset, pembangkit listrik, dan kompleks pertahanan udara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim serangan tersebut sebagai "pukulan telak ke jantung program nuklir Iran". Namun, para ahli menilai bahwa meskipun serangan itu cukup signifikan, fasilitas pengayaan sentrifugal bawah tanah dan stok uranium tingkat tinggi milik Iran tetap aman.
“Sampai Fordow benar-benar hancur dan kami tahu persis di mana uranium yang diperkaya tinggi itu disimpan dan apakah masih bisa digunakan, maka ancaman itu belum hilang,” ujar Richard Nephew, mantan negosiator utama AS untuk Iran.
Fordow sendiri terletak sekitar 160 kilometer di selatan Teheran dan dikenal sebagai fasilitas pengayaan uranium paling tersembunyi dan terlindungi. Fasilitas lainnya di Natanz, Provinsi Isfahan, juga dibangun di bawah tanah dan sangat sulit dihancurkan tanpa bom penghancur bunker milik Amerika Serikat.
Serangan Sepihak, Tanpa Keterlibatan AS
Pemerintah Israel memastikan bahwa operasi ini dilakukan secara sepihak tanpa keterlibatan militer Amerika Serikat. Pernyataan ini ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, yang menyebut bahwa serangan dilakukan secara “unilateral.”
![]() |
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies menunjukkan tampak atas fasilitas pengayaan uranium Fordow pada 12 Februari. (AFP/Getty Images) |
Sementara itu, Tzachi Hanegbi, Kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, mengakui bahwa membongkar program nuklir Iran sepenuhnya hanya mungkin dilakukan melalui jalur diplomatik seperti yang ditawarkan AS dalam kesepakatan era Presiden Trump: penghentian program nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi.
IAEA Hentikan Sementara Pengawasan
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menarik para inspekturnya dari lokasi-lokasi sensitif, termasuk Fordow dan Natanz, untuk alasan keamanan. Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menyebutkan bahwa kegiatan inspeksi kemungkinan besar akan tertunda dalam waktu yang belum ditentukan.
“Saat Iran semakin mendekati kemampuan untuk memiliki senjata nuklir, pengawasan menjadi sangat krusial. Tapi kini, proses itu justru terganggu,” ujar Kelsey Davenport dari Arms Control Association.
Serangan ini juga memicu kekhawatiran akan dorongan politik internal di Iran untuk mempercepat ambisi nuklir mereka. Beberapa pengamat, termasuk Jim Walsh dari MIT, memperkirakan bahwa tekanan dari kelompok-kelompok garis keras di dalam pemerintahan Iran untuk segera membuat senjata nuklir akan semakin menguat.
Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.