Etalase Barang Impor Luxury

India di Bawah Cengkraman Kekerasan Seksual


disrupsi.id - Medan | Di balik gemerlap budaya dan warna-warni India, tersembunyi luka kelam yang menggerogoti, yakni kekerasan seksual.


Kasus pemerkosaan bagaikan momok menakutkan, merenggut rasa aman dan mencoreng wajah "Negeri Para Dewa".


Efek dahsyat dari sederet kekerasan seksual yang luput dari perhatian pemerintah ini, nyatanya menorehkan luka mendalam bagi para korban.


Perlu diketahui, bahwa kekerasan seksual tak hanya menciptakan luka fisik, tapi juga menyisakan trauma mental. Jika tidak segera ditangani, ketakutan dan rasa tidak aman dapat menghantui korban sepanjang hidupnya.


Ditambah lagi stigma dari masyarakat atau sebagian warga net yang nirempati sebab tak melihat persoalan secara menyeluruh serta tak memposisikan diri sebagai korban.


Seperti buah simalakama, korban yang nekat melaporkan pemerkosaan yang menimpanya malah mengalami pengucilan sosial.



Berdasarkan data Biro Catatan Kriminal Nasional India, pada tahun 2022, terdapat 31.677 kasus pemerkosaan yang dilaporkan, rata-rata 95 kasus per hari. Hanya 28.2% kasus yang berakhir dengan vonis. Adapun 

Human Rights Watch mencatatkan sebanyak 99% kasus pelecehan seksual di India tidak dilaporkan.


Angka ini hanyalah puncak gunung es, karena banyak korban yang memilih diam karena stigma dan rasa malu.


Menurut wartawan BBC News di Delhi, Geeta Pandey, angka statistik hanya menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan, sementara itu ribuan kasus pemerkosaan dan pencabulan bahkan tak dilaporkan ke polisi.


Geeta menyatakan ia kenal perempuan yang tak ingin melaporkan kasusnya karena mereka dipermalukan dengan laporan itu. Atau dilekatkan stigma ke korban, atau bahkan tak dipercaya sama sekali.


Sekalipun sejak 2012 kejahatan terhadap perempuan mendapat perhatian besar dan sejumlah pelaku dihukum mati, namun kejahatan serupa terus terjadi di India.


Kasus Nirbhaya (nama julukan artinya tidak takut, karena nama korban pemerkosaan tidak boleh dituliskan menurut undang-undang India) misalnya, seorang mahasiswi fisioterapi berumur 23 tahun yang mengalami pemerkosaan brutal tahun 2012. Ia dirogol beramai-ramai saat bus sedang melaju di jalanan, setelah lebih dulu menghantamnya dengan batang besi. Dua minggu pascakejadian, Nirbhaya menghembuskan nafasnya di sebuah rumah sakit di Singapura.


Peristiwa Nirbhaya menjadi titik balik bagi gerakan aktivisme perempuan di India. Kemarahan publik meledak, menuntut perubahan dan keadilan bagi para korban.


Namun baru-baru ini, kasus pemerkosaan terhadap seorang travel influencer asal Spanyol yang terjadi di Distrik Dumka, negara bagian Jharkhand, India, kembali menggemparkan dunia.



Ia (Fernanda, 28) bersama rekan lelakinya (Vincente, 54) mendapatkan pengalaman mengerikan ketika berlibur di negara Bollywood tersebut. Saat perjalanan touring sepeda motor untuk menuju Nepal, mereka dirampok oleh sekelompok orang, dan Fernanda diperkosa secara bergilir oleh para pelaku yang berjumlah 7 orang. Adapun Vincente, wajahnya lebam dan bibirnya robek dihajar para pelaku.



Padahal sebelumnya, backpaker perjalanan wisata dengan sepeda motor ini sempat singgah di beberapa negara seperti Afghanistan dimana ia berpose bersama para prajurit Taliban, kemudian Iraq, juga Turki.


Fakta dari kejadian ini menunjukkan bahwa tragedi pemerkosaan dan kekerasan seksual masih terus terjadi di India, bahkan terhadap wisatawan asing.



Apa yang Memicu Maraknya Kekerasan Seksual di India?


Kita boleh saja terkagum-kagum akan megahnya Taj Mahal dan gemerlapnya perfilman Bollywood yang menyuguhkan beragam tarian dan sederet kemewahan. Namun negara dengan jumlah populasi terbesar mencapai 1,44 miliar ini (data per Maret 2024) menyimpan tragedi kelam: sebagian perempuan India terbelenggu dalam jerat ketakutan dan pelecehan.


India tak ubahnya lukisan yang tergantung di dinding, cantik di permukaan namun pada bagian belakang figura terselip debu dan rangkaian jelaga.


Berdasarkan hasil penelitian National Crime Records Bureau (NCRB) India beberapa hal yang memicu maraknya kekerasan seksual di India antara lain:


1. Budaya Patriarki yang Mengakar:


Stereotip Gender: Perempuan diposisikan sebagai subordinat laki-laki, dikungkung dalam peran domestik dan dianggap lemah.


Stigma dan Penghinaan Korban: Korban disalahkan atas apa yang menimpanya, dibungkam rasa malu dan takut.


Sikap Toleran Terhadap Kekerasan: Kekerasan terhadap perempuan dinormalisasi, dianggap sebagai "masalah pribadi" dan bukan isu sosial.


2. Sistem Hukum yang Lemah:


Proses Hukum yang Berbelit-belit: Korban harus melalui proses panjang dan melelahkan untuk mendapatkan keadilan.


Ketidakpercayaan Terhadap Aparat Penegak Hukum: Korban ragu melapor karena minimnya dukungan dan penanganan yang tidak sensitif.


Hukuman Ringan bagi Pelaku: Hukuman yang tidak sepadan dengan trauma dan penderitaan korban.


3. Ketimpangan Ekonomi dan Sosial:


Kemiskinan dan Marginalisasi: Perempuan miskin dan terpinggirkan lebih rentan menjadi korban eksploitasi dan kekerasan.


Kurangnya Akses Pendidikan: Pemahaman yang rendah tentang hak-hak perempuan dan cara melindungi diri.


Ketergantungan Ekonomi pada Laki-laki: Perempuan terjebak dalam situasi yang tidak memungkinkan mereka untuk melawan.


Sejatinya, pemerintah India telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini, seperti menerapkan undang-undang yang lebih keras, memperberat hukuman bagi pelaku kekerasan seksual termasuk hukuman mati, membentuk unit khusus untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan, sampai melakukan kampanye edukasi dan kesadaran publik terkait kekerasan seksual.



Namun data statistik mengenai kekerasan seksual dan pemerkosaan di India belum menunjukkan penurunan signifikan. 


Semestinya pemerintah India berkaca dari peristiwa yang menimpa turis Spanyol yang terjadi beberapa hari lalu. India wajib berbenah dan menunjukkan keseriusannya. Karena hanya dengan upaya bersama dan komitmen pemerintah yang kuat, India dapat menyembuhkan luka ini dan membangun masa depan yang lebih aman dan adil bagi perempuan.





Baca Juga

Baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال